WAKTU-BATU, RINDU-MENDERU

kata puisi
menjadi lidah api

menjilat-berkobar
membakar
kerontang jiwa beku
membatu
seketika menjelma perdu
dibawanya gemericik telaga biru


ahh!
Kekasih menjelma angin pancaroba
mendesah resah melumat jiwa

sayang..
Aku masih sendiri diujung sepi
marilah, aku kau dera
aku rela musnah
bersama amukmu redah

kekasihku..
Kenapa kau merenung begitu..

jenak hujan libas kotaku
angkuh seketika luruh-kuyuh
semerbak dingin rengkuh-mencumbu
sisa terik sembunyi dilipatan bumi
diradang sekalian dengan rinai

angin menghempas malu-malu
enggan kutitipi salam rindu
dihadang-garang mendung kelabu

inilah seutas surat cinta
yang kusemai bersama suara genta
dari bisik lirih do'a,mantra para penyembah

ku tunggu balasan bersama resah
saat fajar kau datanglah
walau hanya menjelma kata

sayang
fajar sebentar berbinar

endap-endap mengintip lentera langit
sekawanan kabut dan embun lari terbirit

aku masih diam;menunggu berpaut sabar

sayang
cepat kau tangkap kata dengan pukat
segera ikat;jika kau tak ingin lumat
anyam bersama sepi berwajah pucat
matangkan dg duka beraroma memikat

selipkan dilipatan kenangan
kau bungkuslah dengan kerinduan

aku akan mengambilnya
bersama mawar merekah sebagai kuncinya


 

Aksara Berdarah Copyright © 2009 REDHAT Dashboard Designed by SAER